Februari 25, 2010

7 kisah bakul kue yang menginspirasi

1. NY Liem :Kursus Kue Bagi Pengusaha dan Pecinta Kuliner

Siapa instruktur kursus roti dan kue paling populer di Bandung? Salah satunya adalah Ny Liem. Sejak tahun 1966 Ny. Liem sudah mengajar berbagai macam kue dan roti namun bukan untuk mencari untung. Di tahun 1971, wanita bernama lengkap Liem Kurnia Awangsih ini mulai rajin berkeliling ke berbagai tempat untuk membagikan keahliannya membuat aneka kue maupun masakan. Baru di tahun 1980-an, ia mengajar di jalan Nampan 52. Tempat ini sekaligus etalase bagi berbagai produk panganan buatannya. Jika kita memasuki Gerai Kue Ny Liem, maka terkesan betapa sempit ruangannya untuk memajang aneka roti, kue basah, kue kering, maupun aneka cakenya. Namun pengunjung terus saja berdatangan. Kalau Anda berkunjung ke sana pada siang hari (setelah jam makan siang), cobalah tengok ruangan di belakang ruang gerai itu, maka Anda akan menyaksikan suasana kursus yang sangat ramai. Saat ini, di usia 77 tahun, Ny Liem sudah tidak aktif mengajar atau membuat kue. Ia sudah menyerahkan tongkat estafet pengelolaan usaha kursus dan gerai roti kepada Chendawati, menantu nya. Istri dr. Gunawan ini memang terbukti memiliki kualitas yang membanggakan dalam mewarisi ilmu dan resep berharga dari sang mertua. Bahkan Chendawati sudah membuat puluhan buku resep dengan tetap memakai judul Buku Resep Ny Liem.

2. Kartika sari : legenda pisang bolen

Sekitar dua dekade yang lalu tidak ada yang menyangka bahwa salah satu ruang latihan yoga di Jalan Haji Ak-bar, Bandung, ini akan berubah menjadi area usaha produksi aneka kue dan pi-sang bolen terbesar di Bandung,” ujar Andrew Purnomo, salah satu putera dari Ratnawati Purnomo sang pionir.Kisah Kartika Sari dimulai pada 1975, ketika Ratnawati membuka usaha kecil-kecilan dengan memproduksi bolu kukus. Selang beberapa waktu kemudian, Kartika Sari menawarkan berbagai jenis kue seperti lapis legit dan bolu. Namun tingkat penerimaan khalayak terhadap aneka produk itu masih biasa-biasa.Memasuki tahun 1986, Rat-nawati mencoba menawar-kan produk pisang bolen. Kali ini, tanggapan konsumen luar biasa. Rasa pisang bolennya yang eksotik membuat penik-matnya ketagihan. Referensi dari mulut ke mulut pun membuat pisang bolen khas Kartika Sari dengan cepat menjadi buah bibir di Kota Bandung. Sampai-sampai sebelum setiap pisang bolennya keluar dari oven, pemesannya sudah antri.

3. Prima Rasa, gigih dan ulet dalam berbisnis

Kegigihan dan keuletan Theresia Yuliaty dalam menjalan-kan bisnis kue dan roti telah membuahkan hasil manis. Gerai Kue Prima Rasa miliknya, telah menjadi salah satu primadona di Ban­dung. Brownies cokelat dan keju, kue soes, pisang dan peuyeum bolen, picnic roll, dan aneka kue lapis menjadi produk andalannya. Gerainya di Jalan Kamuning ini tak pernah sepi pengunjung. Kisahnya bermula dari kecintaan Theresia pada pembuatan kue, sejak dia masih kecil. Saat berusia empat tahun, Theresia kerap diajak tantenya untuk membuat kue, dan dia dengan sukacitamenyambut ajakan itu. Saat duduk di sekolah dasar, dia termasuk siswa yang menonjol dalam ekstrakurikuler memasak maupun membuat kue. Dia sering menjuarai kompetisi membuat kue di sekolahnya. Sampai kini cintanya masih lestari: masih suka mempelajari sesuatu yang baru demi memperkaya variasi kuenya. Di balik suksesnya, ada dukungan keluarga, terutama sang suami, Ade Sur­yana. Semula, Theresia hanya menitipkan kue di beberapa gerai. Lalu, berkat keharuman aroma kue saat dipanggang, banyak orang di sekitar rumah mereka yang datang dan minta agar diperboleh-kan membeli. Ia kemudian menitipkan kuenya pada beberapa gerai. Namun jalan berikutnya adalah jalan terjal bagi ujar ibu dari Alvin dan Elsie . Dalam beberapa hari pertama, sebagian kue yang ia titipkan tidak laku. Ia sempat putus asa melihat tumpukan kue retur. Tapi, kata-kata sang suami membuatnya tegar.

4. Soes Merdeka : kue soes unik dan khas

Gigitan pertama kue Soes Merdeka benar-benar mengejutkan. Jejak rasa Jamaican rhum yang kental langsung terasa hangat di lidah. Vla berupa krim pekat yang diisi di dalam balutan kulit soes yang gurih nan lembut itu sangat melimpah. Hati-hati saat menggigitnya, jika tidak ingin vla yang istimewa itu muncrat dari mulut Anda.Usaha Gerai Kue Soes Merdeka pernah berkibar di tahun 1990-an, saat itu soes Merdeka menjadi buah bibir di kota Bandung. Kue peninggalan Belanda ini menjadi primadona yang harus ada dalam daftar oleh-oleh saat mengunjungi Kota Kembang. “Kami memakai 100 persen rhum Jamaica. Sampai saat ini belum ada yang menyamai produk soes kami. Resepnya sangat spesial dan hanya bisa ditemukan di gerai kami,” kata Bambang Purwanto, Direktur PT Tirta Ratna yang mengelola seluruh gerai Soes Merdeka dan beberapa bisnis lainnya.idak seperti kebanyakan kue soes lainnya, soes Merdeka tahan hingga tiga hari pada suhu ruang. Ini lantaran krim-nnya merupakan paduan bahan segar.

5. French bakery : Pioner roti modern ala taiwan

Nama French Bakery mengingatkan kita pada sebuah ne­geri nan cantik di Eropa, Prancis. Namun nama tersebut tidak ada hubungannya dengan produk-produk roti dan cake yang dijual di gerai itu. Jika ditelusuri sejarahnya French Bakery justru menjadi pionir gerai roti modern dengan produk bergaya Taiwan di Bandung. Gerai roti di Jalan Braga ini sudah terkenal sejak era 1970-an. Mulai beroperasi di Bandung pada tahun 1977, usaha roti bermerek French Bakery mulanya dimi­liki oleh seorang pengusaha asal Taiwan yang bernama Mr Chang. Berlokasi awal di Jalan Kemakmuran, Jakarta. Saat Mr. Chang hendak kembali ke Taiwan, ia tawarkan usaha roti ini kepada pasangan suami istri Achmad Husen dan Herawati Ningsih. Pasangan ini memindahkan usaha roti itu ke Bandung di tahun yang sama. Mereka tak hanya mengambilalih brand French Bakery, tapi juga memboyong mesin-mesin dan lima baker asal Taiwan. Kelima baker Taiwan itu memulai pembuatan roti-roti khas Taiwan untuk French Bakery Bandung, sekaligus me­latih para karyawan lokal sebagai calon pengganti mereka.“Ternyata, sambutan konsumen terhadap produk roti dan kue khas Taiwan sangat positif. Gerai kami dipadati pembeli dari pagi sampai malam,” kata Lomri Husen, putra ­Achmad dan Herawati, yang saat ini menangani French Bakery. Sebagai respon atas membludaknya pembeli kala itu, French Bakery membuka gerai mulai dari pukul 5 dinihari hingga 10 malam. Roti-roti yang baru matang tidak sempat dipajang di etalase karena langsung diborong pembeli. Roti jagung menjadi salah satu favoritnya.

6. Kopaka : Pembuat Kue Dekorasi dan Lapis Legit Kelas Atas

Bagi pemburu oleh-oleh di Bandung, nama Kopaka mungkin tidak terlalu akrab di telinga. Karena tidak ada gerai khusus untuk menjual produk-produknya. Namun bagi para penikmat lapis legit ataupun pemesan cake decoration untuk pesta perkawinan atau ulang tahun, pasti memahami kualitas produk Kopaka. Sebab cake decoration yang dihasilkannya istimewa. Tampilan dekorasinya mewah dan detil, yang mampu membuat kita berdecak kagum. Ini terbukti beberapa kali Kopaka merebut juara kompetisi dekorasi kue.Adalah Ko Khiau Sen atau yang akrab dipanggil Asen, pendiri Kopaka. Orang tuanya di Singkawang pada jaman penjajahan Jepang sudah membuat es krim dengan nama Sudi Mampir. Mesin pembuat es krim dibuat sendiri oleh ayah Asen. Selain es krim, juga dibuat dan dijual aneka kue-kue buatan ibunda Asen. Sang ibulah yang mengajarkan kepada Asen saat kecil, bagaimana cara membuat kue dan roti, termasuk diantaranya lapis legit. Di tahun 1970an Asen hijrah ke Bandung untuk bersekolah. Untuk mengisi waktu luang dia mencoba membuat roti onbekoek untuk dijualnya. Ternyata banyak pembeli yang menyukai roti buatannya. Hatinya gembira dan bersemangat untuk membuat lagi aneka macam kue dan roti untuk dijual.

7. Lily Pattiserie : Duet Juara Kompetisi Pastry

Di daerah sekitar Dago, tepatnya di Jalan Sultan Tirtayasa No. 29, ada sebuah gerai bakery sekaligus cafĂ© yang bersuasana teduh dan asri. Namanya singkat dan cantik: Lily Patiserrie. Pe­ngelolanya adalah dua bersaudara: Yayan Pribadi dan Rossano Pribadi. Pada 1971, Lily Pribadi, ibunda Yayan dan Rosanno, memulai usaha berjualan kue di belakang Pasar Baru Bandung. Pesanan kue-kue yang diterima kebanyakan cheese cake. Yayan sering membantu sang bunda untuk memanggang, membetulkan oven atau mixer yang ngadat. Namun dalam hal sekolah, dia memilih jurusan teknik sipil. Lulus kuliah Yayan, ingin melanjutkan tingkat pasca sarjana ke Belanda sekitar tahun 1991. Namun kondisi hubungan politik Indonesia-Belanda yang tidak bagus saat itu, membuat surat-surat Yayan ke Belanda terdendat. Selama dua tahun tidak ada balasan sama sekali dari Universitas yang menjadi target tempat kuliah S2-nya. Kondisi selama menunggu ini akhirnya membuat Yayan memutuskan membeli rumah di Jalan Trunojoyo Bandung untuk dijadikan tempat usaha gerai kue. Ternyata usaha gerai kue berjalan dengan baik. Rossano, juga aktif membantu. Walaupun tak berlatar belakang pendidikan pastry, minat berdua menaruh minat besar untuk memperdalam teknik mengenai pembuatan kue dan roti. Mereka menguji ketekunan dan ke­mauan mereka dengan aktif mengikuti kompetisi tingkat lokal maupun regional (Asia). Hasilnya sangat membanggakan. Beberapa kali mereka bergantian menjadi juara kompetisi kuliner di dalam negeri dan mendapat hadiah berupa kesempatan mengikuti pelatihan ke luar negeri seperti ke Kanada dan Bangkok.

semua kisah ini diambil dari bakeryindonesiamag.com

0 komentar:

Posting Komentar